Kamis, 22 November 2012

Temu Kaum Muda Vinsensian



Hari yang terik. Sengatannya seakan menghanguskan. Panasnya membara. Sekelompok kawula muda yang menamakan diri Kaum Muda Vinsensian hilir mudik kesana kemari hendak mencari dan menemukan Dia. Dia yang diyakini hadir di antara sesama yang paling hina, orang kecil yang dianggap sampah oleh masyarakat dan mereka yang miskin secara materi, yang terlupakan dan yang terpinggirkan. Keyakinan ini didasari oleh buah renungan dan refleksi mendalam dari sang guru spiritual, St. Vinsensius a Paulo yang memandang orang miskin sebagai tuannya.
Kehadiran orang muda di tempat ini untuk menyapa, memberi seberkas senyuman hangat dan belajar menjadi pendengar yang setia. Lebih dari itu mereka ingin menjadi bagian dari perjuangan hidup dan suka duka orang-orang yang mereka jumpai. Mereka ingin berbagi kegembiraan sembari belajar menjadi sesama dan sahabat bagi yang papa.
Sungguh sebuah pemandangan langka di tengah hingar bingar dan kegemerlapan dunia abad ini. Di sudut sana, disaksikan begitu banyak orang muda yang menghabiskan waktu dengan bersenang-senang tanpa nilai tambah yang bisa diperoleh. Mengkonsumsi narkoba, minuman keras, tawuran, sekularisasi hingga seks bebas adalah contoh-contoh cerita lumrah yang kian menjadi tren yang membudaya. Akibatnya, mereka melakoni hidup sebagai pribadi-pribadi yang angkuh, antipati, antisosial dan egoistis.
Namun, para putera-puteri Vinsensian muda ini ingin bersaksi kepada dunia bahwa mereka adalah generasi muda yang memiliki kisahnya sendiri. Mereka masih memiliki kepekaan kepada sesama. Mereka adalah kawula muda yang masih memiliki hati bagi orang-orang kecil. Mereka mampu hadir sebagai saudara bagi yang miskin dan teman bagi yang hina dina. Semangat St. Vinsensius yang memandang orang miskin sebagai tuannya telah merasuk dalam nadi-nadi belia harapan gereja ini.
Inspirasi dan pelajaran hidup yang mereka peroleh adalah bekal berharga yang boleh dibawa pulang sebagai hadiah terindah dari pengalaman perjumpaan bersama paras-paras letih pejuang kehidupan penantang ganasnya zaman ini. Semangat juang yang tinggi, peduli terhadap sesama, rendah hati dan suka berbagi, jujur, terbuka dan apa adanya, pasrah pada kehendak ilahi, mencintai keluarga dan sebagainya. Semuanya itu adalah nilai-nilai tentang hidup yang bisa dipelajari melalui pengalaman hadir bersama saudara yang miskin dan hina dina. Mereka menerimanya secara cuma-cuma dari tangan-tangan kasih berhati sahaja nan ikhlas.
Terima kasih saudaraku atas kerelaannya menjadi guru bagi teman-temanku.

(Refleksi ini terinspirasi oleh pengalaman mendampingi teman-teman dalam kegiatan TKMV di Gresik, 26-28 Oktober 2012)

Surabaya, Nopember 2012
Fr. M. Walterus Radja Odja, BHK

Selasa, 20 November 2012


ZIARAH KE POHSARANG-KEDIRI
(Koresponden CB3/Red)
Tanggal 26 Oktober 2012 di Lingkungan CB3 telah di adakan ziarah ke Pohsarang-Kediri. Di dampingi oleh Romo Hersemedi Cm dan di ikuti 58 umat dewasa dan 23 anak-anak. Acaa ini di adakan untuk lebih mempererat persaudaraan di lingkungan CB3. Keberangkatan dimulai jam 5 pagi. Bertepatan dengan hari raya Idul Adha banyak jalana di tutup. Jadi, perjalanan memutar dan melewai jalan tol. Rombongan berangkat dari Surabaya pada pukul 06.15. Di perjalanan di dalam bis ini, kegiatan di isi dengan doa rosario dan pemberian doorprize. Umat sangat gembira, terutama kalangan anak-anak. Sesampainya di Pohsarang pada pukul 09.30, romongan istirahat sebentar dan di adakan pembagian kelompok menjadi 4 kelompok. Jalan salib di iktui oleh umat dari luar dan dalam Paroki Kelsapa, sehingga pada saat jalan salin umat digabung menjadi satu kelompok. Setelah jalan salib, di adakan misa yang dibawakan oleh Romo Hersemedi. Kegiatan ini dilanjutkan dengan makan siang di Aula. Acara bebas dimafaatkan dengan baik dengan rombongan asal Paroki Kelsapa. Ada yang doa di gua maria, ada yang jalan-jalan dan belanja. Waktu telah menunjukkan pukul 15.00, rombongan berkumpul di depan pintu masuk Pohsarang, melakukan sesi foto bersama untuk kenang-kenangan. Dan akhirnya seluruh rombongan pulang ke Surabaya dengan Sukacita. 

PESTA NAMA WILAYAH CB3
(Koresponden CB3/Red)
Pada tanggal 15 November 2012 wilayah CB mengadakan pesta nama Santo pelindungnya yaitu Santo Carolus Boromeus. Acara tersebut di adakan di panti yang berlokasi di Jalan Dupak Bandavejo. Pesta nama ini dimulai pada pukul enam sore dan di hadiri oleh umat wilayah CB1, CB2 dan CB3. Acara di mulai dengan pembukaan yang dipimpin oleh Sevil, OMK dri CB3. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan misa yang dibawakan oleh Romo Hersemedi.
Di dalam kotbahnya, Romo Hersemedi menceritakan tentang siapa itu Santo Carolus Boromeus. Santo Carolus Boromeus adalah Santo yang sangat jenius. Di usia 22 tahun, beliau telah menjadi asisten paus di Roma. Santo Carolus Boromeus, santo yang baik hatinya. Saat di Milan dilanda penyakit pes, beliau menyediakan tempatnya untuk merawat orang-orang yang terkena penyakit tersebut. Bahkan, Santo Carolus Boromeus juga ikut berpartisipasi untuk merawat mereka. Pada akhirnya, Santo Carolus Boromeus wafat karena penyakit yang beliau coba sembuhkan. Semasa hidupnya, Santo Carolus Boromeus juga banyak mendirikan seminari-seminari di Milan.

Seusai misa, pesta Nama Wilayah ini dilanjutkan dengan ramah tamah yang di isi oleh OMK Carolus Boromeus yang diketuai oleh Yohanes Dwi Arianto. OMK menyanyikan beberapa lagu rohani. Di saat yang sama, amplop sumbangan sukarela beredar untuk pembelian peralatan musik. Akhirnya sampailah pada penghujung acara, doorprize yang telah ditunggu oleh tiap umat Carolus Boromeus. Untuk mendapatkan doorprize, umat harus menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Doorprize menambah kemeriahan acara Pesta Nama. Acara ini di tutup dengan meminta berkat dari Romo Hersemedi.  

Jumat, 09 November 2012

Lomba Fashion Show Daur Ulang SDK Aloysius Surabaya


Hari Sabtu, 3 Nopember 2012, terlihat ada yang istimewa di lapangan SDK Aloysius Surabaya dimana dilaksanakan berbagai macam Lomba, Bazar dan Fun Games dalam rangka ulang tahun SDK Aloysius, jln Gatotan, Surabaya. Lomba yang diadakan adalah Dance Kelompok, Fashion Show daur ulang dan mewarnai. Acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan melepaskan seekor burung merpati.
Menurut Ignatius Jerry Prastiantono S.Pd, selaku kepala sekolah SDK Aloysius, bahwa lomba ini diadakan dengan maksud memberikan perhatian dan cinta kepada anak-anak. Acara ini sekaligus bertujuan mengembangkan bakat anak-anak dan menanamkan kecintaan anak terhadap lingkungan.
Dalam lomba Fashion Show Daur Ulang, orang tua diajak terlibat dalam merancang dan mendesain baju, celana, rok, dan sepatu dari bahan daur ulang. Baju tersebut akan dipakai anak-anak untuk berlenggak-lenggok di panggung.
Ignatius Jerry Prastiantono menambahkan bahwa kiteria penilaian untuk Fashion Show ini bagaimana peran orang tua untuk membuat pakaian dari bahan yang sudah terbuang dan masih bisa dibuat bermacam ketrampilan, dapat mengasah kemampuan anak lewat acara ini. (jff)

Selasa, 09 Oktober 2012

Makna Doa Rosario

Share dari saudara kita Harizbond Antonius..

Doa Rosario adalah doa renungan yang sangat indah. Tanpa unsur renungan, doa Rosario akan kehilangan maknanya. Tanpa renungan, doa Rosario menjadi ibarat tubuh tanpa jiwa, dan ada bahaya bahwa pendarasannya akan menjadi pengulangan kata-kata secara mekanis. Ini bertentangan dengan anjuran Yesus: 'Dalam doamu, janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.

Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan' (Mat 6:7). Sedari hakikatnya, pendarasan Rosario membangun irama yang tenang dan tetap. Ini akan membantu orang untuk merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus. (Anjuran Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974, 156; RPM no. 12)....

Kami KOMSOS KELSAPA terbuka atas sharing artikel dan pengalaman dari saudara sekalian. Tuhan memberkati

Jadwal Misa Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria Sby

Misa harian pkl 05.30 WIB dan 18.00 WIB

Misa Oase setiap Jumat pkl 12.00 WIB

Misa sabtu sore pkl 18.00 WIB
Misa mingguan pkl 06.00 WIB, 08.00 WIB, 10.00 WIB, 18.00 WIB

Kamis, 04 Oktober 2012

Kaum Muda Bangkit dan Bergeraklah

Share Pengalaman Sdr Angela Susanti...

Sedikit sharing pengalaman saya selama 2 bulan di Manila. Saya merasa senang berada di negara katolik, beda banget spiritualnya. Sejak kecil anak-anak sudah diajarkan untuk terlibat dalam pelayanan di Gereja.
Disini saya mengalami pertumbuhan iman dan yang paling penting adalah lebih menghargai hidup. Banyak dari antara kita terutama kaum muda jaman sekarang ti
dak lagi menghargai hidup karena mereka tidak mempunyai semangat dan pegangan hidup. Cukup banyak saya jumpai orang-orang yg berusaha untuk bertahan hidup karena kemiskinan mereka ataupun karena kondisi lainnya, termasuk beberapa kaum muda disini.
Pengembangan Bakat Band OMK Paroki di Sindiekat Part II  Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya
Sebagai generasi muda kita memiliki banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu yg bermanfaat untuk orang lain maupun diri sendiri. So, gunakan kesempatan yang kita punyai selagi kita mampu melakukannya.

Tuhan memberkati kita semua.

Cerita Inspirasi (01)

Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku, sambil memegang tangannya aku berkata; “Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu.” Istriku lalu duduk disamping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Dari raut wajah dan matanya kutahu dia sedang memendam luka batin yang membara.

Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kat
a rasanya berat keluar dari mulutku. Akan tetapi aku harus membiarkan istriku mengetahui apa yang sedang kupikirkan. Aku ingin sebuah perceraian diantara kami. Aku lalu memberanikan diri untuk membicarakannya dengan tenang. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik dan bertanya kepadaku dengan tenang, tapi mengapa?

Aku menolak menjawabnya. Ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Dia membuang choptiks di tangannya dan mulai berteriak kepadaku, “engkau bukan seorang laki-laki sejati.” Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin mengetahui alasan dibalik keinginanku untuk bercerai. Tetapi aku dapat memberinya sebuah jawaban yang memuaskan; “Dia telah menyebabkan kasih sayangku hilang terhadap Jane (wanita simpananku). Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya kasihan kepadanya.”

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai bahwa dia dapat memiliki rumah kami, mobil dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah, merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku kini telah menjadi orang asing di rumah kami, khususnya di hatiku. Aku meminta maaf untuknya, untuk waktunya yang telah terbuang selama 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energy yang diberikan kepadaku tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane bahwa aku sungguh mencintainya. Akhirnya dia menangis dengan suara keras di hadapanku yang mana Aku sendiri berharap melihat terjadi padanya. Bagiku tangisannya tidak mempunyai makna apa-apa. Keinginanku untuk bercerai di hati dan pikiranku telah bulat dan aku harus melakukannya saat itu.

Hari berikutnya, ketika saya kembali ke rumah sedikit larut kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena rasa ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane, wanita idamanku saat itu. Ketika terbangun kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.
Pagi harinya dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku; Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum percerain untuk saling memperlakukan sebagai suami-istri dalam arti sebenarnya. Dia memintaku dalam sebulan itu kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami-istri. Alasannya sangat sederhana; “Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami.”

Aku menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Akan tetapi dia juga meminta beberapa syarat tambahan sebagai berikut; Dalam rentang waktu sebulan itu, aku harus mengingat kembali bagaimana pada permulaan pernikahan kami, aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai di muka pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah untuk memenuhi permintaannya kepadaku demi meluluskan perceraian kami.

Aku menceritakan kepada Jane (wanita simpananku) tentang syarat-syarat yang ditawarkan oleh istriku. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya dan berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh dan tak bermakna. Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah kita rencanakan, demikian kata Jane.

Kami tak lagi berhubungan badan layaknya suami-istri selama waktu-waktu itu. Sehingga sewaktu aku menggendongnya keluar menuju pintu rumah kami pada hari pertama, kami tidak merasakan apa-apa. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan dibelakang kami, sambil berkata, wow…papa sedang menggendong mama. Kata-kata putra kami sungguh membuat luka di hatiku.

Dari tempat tidur sampai di pintu depan aku menggendong dan membawanya sambil tangannya memeluk eratku. Dia menutup mata sambil berkata pelan; “Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita.” Aku menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuh dan pakaianya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan saksama untuk waktu yang sudah agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda lagi seperti dulu. Ada bintik-bintik kecil di raut wajahnya, rambutnya mulai beruban! Perkawinan kami telah membuatnya seperti itu. Untuk beberapa menit aku mencoba merenung tentang apa yang telah kuperbuat kepadanya selama perkawinan kami.
Pada hari yang ke empat, ketika aku menggendongnya, aku merasa sebuah perasaan kedekatan/keintiman yang mulai kembali merebak di relung hatiku yang paling dalam. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami-istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tidak mau mengatakan perasaan seperti ini kepada Jane (wanita yang akan kunikahi setelah perceraian kami). Aku pikir ini akan lebih baik karena aku hanya ingin memenuhi syarat yang dia minta agar nantinya aku bisa menikah dengan wanita yang sekarang aku cintai, si Jane.

Aku memperhatikan ketika suatu pagi dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuk tubuhnya. Dia lalu sedikit mengeluh, semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang. Aku kemudian menyadari bahwa dia semakin kurus, dan inilah alasannya mengapa aku dapat dengan mudah menggendongnya pada hari-hari itu.

Tiba-tiba kenyataan itu sangat menusuk dalam di hati dan perasaanku…Dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul pada saat it dan berkata, “Papa, sekarang waktunya untuk menggendong dan membawa mama.” Baginya, menggendong dan membawa ibunya keluar menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku ke arah yang berlawanan karena takut situasi istri dan putraku akan mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai pada saat-saat akhir memenuhi syarat-syaratnya. Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami-istri yang hidupnya penuh kedamaian dan harmonis satu dengan yang lain. Aku pun memeluk erat tubuhnya; dan ini seperti moment hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu.

Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya dengan kedua lenganku aku merasa sangat berat untuk menggerakkan walaupun cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluk eratnya sambil berkata, aku tidak pernah memperhatikan selama ini bahwa hidup perkawinan kita telah kehilangan keintiman/keakraban satu dengan yang lain. Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku….melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Aku sangat takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku berkata kepadanya, Maaf, Jane, Aku tidak ingin menceraikan istriku.

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan, dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Apakah badanmu panas? Dia berkata. Aku mengelak dan mengeluarkan tangannya dari dahiku. Maaf, Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memakna secara detail setiap moment kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari bahwa sejak aku menggendong dan membawanya setiap pagi, dan terutama kembali mengingat kenangan hari pernikahan kami aku memutuskan untuk tetap akan menggendongnya sampai hari kematian kami tak terpisahkan satu dari yang lain. Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras dan mulai meraung-raung dalam kesedihan bercampur kemarahan terhadapku. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah tokoh bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis; “Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput.”

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum indah di wajahku, aku berlari kecil menaiki tangga rumahku, hanya untuk bertemu dengan istiriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami, tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama selama 10 tahun pernikahan kami. Istriku telah berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku untuk menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat akibat kanker ganas itu, dan ia ingin menyelamatkanku dari apapun pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami sebagai reaksi atas kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, terutama rencana gila dan bodohku untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami…

----sekurang-kurangnnya, di mata putra kami – aku adalah seorang ayah yang penuh kasih dan sayang….demikianlah makna dibalik perjuangan istriku.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bhsa mendapatkannya, kawan!

Jika engkau tidak ingin membagi cerita ini, pasti tidak akan terjadi sesuatu padamu di hari-hari hidupmu.

Akan tetapi, kita engkau mau membagi cerita ini kepada sahabat kenalanmu, maka satu hal yang pasti bahwa Tuhan sedang menggunakanmu untuk menyelamatkan perkawinan orang lain, terutama mereka yang sekarang mengalami masalah dalam pernikahan mereka.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat yang menikah maupun
yang berencana untuk menikah,

***Duc in Altum***
Sumber : gereja katolik's notes

Selasa, 11 September 2012

Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang



gambar dari ceritakristen.org

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut". 

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?" 

Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar". 

"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini". 

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan. 


"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran. 

Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si KEKAYAAN masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang si KESUKSESAN saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si KASIH-SAYANG yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang."

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si KASIH-SAYANG ini ke dalam. Dan malam ini, si KASIH-SAYANG menjadi teman santap malam kita." 

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."
Si KASIH-SAYANG bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. 

Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si KEKAYAAN dan si KESUKSESAN. "Aku hanya mengundang si KASIH-SAYANG yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu berdua ikut juga?" 

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si KEKAYAAN, atau si KESUKSESAN, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si KASIH-SAYANG, maka, kemana pun Kasih-sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta.

Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si KASIH-SAYANG yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini." (wrno)

Jumat, 07 September 2012

Makna Stipendium atau Iura Stolae Saat Misa



Sejarah kebiasaan memberi stipendium pada Misa sudah lama dipraktekkan dalam Gereja, bahkan usianya sejak kehidupan Gereja itu sendiri. Meskipun nama dan penafsirannya berubah-ubah selaras dengan perkembangan jaman, tetapi intinya tetap sama yakni bahwa stipendium Misa adalah persembahan dari umat sebagai ungkapan pemberian diri umat kepada Gereja.

Menelusuri makna stipendium, baik KHK tahun 1917 dan KHK tahun 1983 menggunakan kata yang sama meskipun konteksnya berbeda. Dalam kodeks KHK 1917, berbicara tentang stipendium diberi judul: de oblate ad Missae celebrationem stipe, sedangkan kodeks KHK 1983 dengan judul lebih singkat stipendium Missae. Kata stipendium dalam KHK 1917, berasal dari kata Latin stips (stipis) yang berarti derma, sedekah, gaji, dan dari kata pendare berarti membayar derma atau gaji. Berbeda dengan KHK 1983, kata stips digabungkan dengan kata kerja offere yang berarti menghaturkan, memberi, mempersembahkan. Paduan kata stips dan offere berarti memberi derma. Dengan demikian makna kata stipendium dalam kodeks 1983 mempunyai arti baru lebih bernuansa rohani/spiritual bila dibandingkan dengan kodeks yang lama.

Seperti yang dikutip dari situs katolisitas, istilah yang lazim digunakan dalam kodeks (KHK, 1983) yang dimaksudkan dengan stips (stipendium) adalah: sumbangan sukarela umat beriman dalam bentuk uang kepada seorang imam dengan permintaan agar dirayakan satu atau sejumlah Misa untuk ujud/intensi dari penderma. Stips merupakan balas jasa dari penghargaan suka rela bagi sang imam yang telah melayani suatu kebutuhan umat beriman. Tapi bukan kewajiban umat dan imam pun tidak berhak menuntut.

Sedangkan Iura stolae adalah: sumbangan umat beriman kepada seorang imam yang melaksanakan perayaan sakramen (misalnya: baptis, perkawinan) atau melakukan suatu pelayanan pastoral lainnya seperti pemberkatan rumah. Namun karena sudah “salah kaprah” kedua pengertian tersebut disamakan saja, sehingga istilah tersebut juga lazim disebut stipendium. Perlu diperjelas lagi bagi kita pemahaman tentang stipendium maupun iura stolae adalah berbeda dengan persembahan (oblationes) dan derma (alms. donation), kolekte (collection).

Namun, imam janganlah memiliki semangat untuk mencari stipendium sampai melupakan tugas pelayanan kepada umat. Demikian juga imam hendaknya melayani semua orang dalam merayakan ekaristi meskipun tanpa stips (stipendium). Hal itu ditegaskan dalam kanon 945, § 2: “Sangat dianjurkan agar para imam merayakan misa untuk intensi umat beriman kristiani, terutama yang miskin, juga tanpa menerima stips”. Kerap kita mendengar keluhan umat bahwa ada imam yang tidak rela melayani umat tertentu karena secara ekonomis kelihatan tidak mampu memberi stipendium. Hal ini sangat bertentangan dengan semangat hidup seorang imam yang dipanggil oleh Tuhan menjadi imam untuk melayani umat-Nya.

Menurut sumber dari katolisitas.org, tujuan orang memberi derma dalam bentuk stipendium adalah bagi kesejahteraan Gereja dan penghidupan para pelayannya. Selain itu, umat diajak untuk bertanggungjawab secara ekonomis atas perkembangan hidup Gereja dan para pelayanannya. Kanon 946 menyatakan: “Umat beriman kristiani, dengan menghaturkan stips agar misa diaplikasikan bagi intensinya, membantu kesejahteraan Gereja dan dengan persembahan itu berpartisipasi dalam usaha Gereja mendukung para pelayan dan karyanya”.
(red)

Minggu, 02 September 2012

Apa itu Sakramen Krisma ?

Sakramen berasal dari kata ‘mysterion’ (Yunani), yang dijabarkan dengan kata ‘mysterium’ dan ‘sacramentum’ (Latin). Jadi sakramen-sakramen Gereja merupakan tanda yang kelihatan dari rahasia/ misteri Kristus -yang tak kelihatan- yang bekerja di dalam Gereja-Nya oleh kuasa Roh Kudus. Betapa nyatanya ‘rahasia’ ini diungkapkan di dalam sakramen-sakramen Gereja, terutama di dalam Ekaristi.

Dikutip dari imankatolik.or.id,  Sakramen Krisma adalah salah satu dari tiga sakramen inisiasi yaitu Baptis, Krisma dan Ekaristi. Sakramen Krisma memiliki dasar Kitab Suci dari Kis 8:16-17 "Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.

Seperti yang dilansir dari indocell.net, dalam Sakramen Baptis, kita disambut dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam Sakramen Penguatan, kita disambut dalam persekutuan dengan suatu komunitas, yaitu Gereja Katolik.
Sedangkan, informasi yang didapat dari wikipedia, Sakramen Krisma atau yang disebut dengan sakramen penguatan adalah sakramen ketiga dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini diberikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma, minyak yang telah dicampur sejenis balsam, yang memberinya aroma khas, disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik dalam variasi Barat maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah meterai. Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat dan diperdalam". 

Berdasar dokumen gereja Kitab Hukum Kanonik 880 ayat 1, Sakramen penguatan diberikan dengan pengurapan krisma pada dahi, yang hendaknya dilakukan dengan penumpangan tangan serta dengan kata-kata yang diperintahkan dalam buku-buku liturgi yang telah disetujui. Kitab Hukum Kanonik 880 ayat 2, Krisma yang dipergunakan dalam sakramen penguatan haruslah dikonsekrasi oleh Uskup, meskipun sakramen diberikan oleh seorang imam.
Di kebanyakan Gereja Katolik, seorang Uskup-lah yang memberikan isyarat penyambutan itu. Perkecualian terjadi apabila calon penerima sakramen adalah orang dewasa yang baru masuk Katolik. Maka, imam pembimbing yang menerimakan Sakramen Penguatan. Bapa Uskup atau imam menyatakan sambutannya dengan isyarat tangan yang artinya “kami menghormatimu, kami menyambutmu dalam keluarga Katolik.”

Dalam inisiasi sebagai seorang Kristen, pengurapan adalah tanda sakramen dari pernyataan Setuju (Konfirmasi), disebut “peng-Khrisma-an” di Gereja Gereja di Timur. Makna dan Kekuatan Sesungguhnya hanya bisa didapat bila dipersatukan dengan pengurapan yang dilakukan oleh Roh Kudus, oleh Yesus. Krisus (dalam bahasa Yahudi “Mesias”) berarti Dia “Yang Diurapi” oleh Roh Kudus. – Katekismus Gereja Katolik. (jff/ric)