Sejarah
kebiasaan memberi stipendium pada Misa sudah lama dipraktekkan dalam Gereja, bahkan
usianya sejak kehidupan Gereja itu sendiri. Meskipun nama dan penafsirannya
berubah-ubah selaras dengan perkembangan jaman, tetapi intinya tetap sama yakni
bahwa stipendium Misa adalah persembahan dari umat sebagai ungkapan pemberian
diri umat kepada Gereja.
Menelusuri
makna stipendium, baik KHK tahun 1917 dan KHK tahun 1983 menggunakan kata yang
sama meskipun konteksnya berbeda. Dalam kodeks KHK 1917, berbicara tentang
stipendium diberi judul: de oblate ad Missae celebrationem stipe, sedangkan
kodeks KHK 1983 dengan judul lebih singkat stipendium Missae. Kata stipendium
dalam KHK 1917, berasal dari kata Latin stips (stipis) yang berarti derma,
sedekah, gaji, dan dari kata pendare berarti membayar derma atau gaji. Berbeda
dengan KHK 1983, kata stips digabungkan dengan kata kerja offere yang berarti
menghaturkan, memberi, mempersembahkan. Paduan kata stips dan offere berarti
memberi derma. Dengan demikian makna kata stipendium dalam kodeks 1983
mempunyai arti baru lebih bernuansa rohani/spiritual bila dibandingkan dengan
kodeks yang lama.
Seperti yang dikutip dari situs
katolisitas, istilah yang lazim digunakan dalam kodeks (KHK, 1983) yang
dimaksudkan dengan stips (stipendium) adalah: sumbangan sukarela umat beriman
dalam bentuk uang kepada seorang imam dengan permintaan agar dirayakan satu
atau sejumlah Misa untuk ujud/intensi dari penderma. Stips merupakan balas jasa
dari penghargaan suka rela bagi sang imam yang telah melayani suatu kebutuhan
umat beriman. Tapi bukan kewajiban umat dan imam pun tidak berhak menuntut.
Sedangkan
Iura stolae adalah: sumbangan umat beriman kepada seorang imam yang
melaksanakan perayaan sakramen (misalnya: baptis, perkawinan) atau melakukan
suatu pelayanan pastoral lainnya seperti pemberkatan rumah. Namun karena sudah
“salah kaprah” kedua pengertian tersebut disamakan saja, sehingga istilah
tersebut juga lazim disebut stipendium. Perlu diperjelas lagi bagi kita pemahaman
tentang stipendium maupun iura stolae adalah berbeda dengan persembahan
(oblationes) dan derma (alms. donation), kolekte (collection).
Namun, imam janganlah memiliki
semangat untuk mencari stipendium sampai melupakan tugas pelayanan kepada umat.
Demikian juga imam hendaknya melayani semua orang dalam merayakan ekaristi
meskipun tanpa stips (stipendium). Hal itu ditegaskan dalam kanon 945, § 2:
“Sangat dianjurkan agar para imam merayakan misa untuk intensi umat beriman
kristiani, terutama yang miskin, juga tanpa menerima stips”. Kerap kita
mendengar keluhan umat bahwa ada imam yang tidak rela melayani umat tertentu
karena secara ekonomis kelihatan tidak mampu memberi stipendium. Hal ini sangat
bertentangan dengan semangat hidup seorang imam yang dipanggil oleh Tuhan
menjadi imam untuk melayani umat-Nya.
Menurut sumber dari katolisitas.org,
tujuan orang memberi derma dalam bentuk stipendium adalah bagi
kesejahteraan Gereja dan penghidupan para pelayannya. Selain itu, umat diajak
untuk bertanggungjawab secara ekonomis atas perkembangan hidup Gereja dan para
pelayanannya. Kanon 946 menyatakan: “Umat beriman kristiani, dengan
menghaturkan stips agar misa diaplikasikan bagi intensinya, membantu
kesejahteraan Gereja dan dengan persembahan itu berpartisipasi dalam usaha
Gereja mendukung para pelayan dan karyanya”.
(red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar